Sunday, October 31, 2010

Lirik Lagu Saykoji Narsis

Cek langsung lirik lagu saykoji narsis berikut ini. Jangan lupa nanti berkomentar ya :)

Narsis by Saykoji
*narsis sekali-kali pede biar cepet laris
mungkin aja nanti aku disangka artis
dan ngetop abis, sadis
eh eh eh eh eh eh eh eh

kembali ke*

aku ngaku lama kagak laku-laku
tiap pedekate gagal pasti suka malu malu
takut takut ragu-ragu karena aku rapuh rapuh
bertahun usahaku kagak pernah ampuh ampuh

kurang pede pede buat ku bete bete
sulit untuk ku bisa pasang tampang kece kece
modalku kere kere uang ku receh receh
kalah aksi aku sering dianggap remeh remeh

ganti gaya gaganti ganti gaya
minimal supaya orang orang bisa percaya
kakalo ku bisa lebih pede dan bercahaya
makin manis makin laris kayak artis aku harus

kembali ke * [2x]

foto foto banyak jepret foto foto
tiap gak sibuk papasti foto jangan melongo
tangan miring ke atas posisi kamera pas
pasang muka keren jepret! sambilku tahan napas

ganti foto profil online ku makin gokil
gambar wallpaper hape muka diriku yang ngupil
mandi ber lama lama digedor sama mama
biar keren merawat diri itu hal utama

lebih pede lelebih lebih pede
nggak lagi memble waktu aku lagi pedekate
orang bilang narsisku lebay apa mo di kate
makin manis makin laris bukan artis tapi tetap

kembali ke * [4x]

Lagunya mantap, modelnya juga lumayan. hi..hi..

Saturday, October 30, 2010

Lirik Lagu Demi Nama Cinta - The virgin (Ost Pengantin Sunat)

Dapatkan lirik lagu demi nama cinta yang dijadikan sebagai Original sound track film layar lebar Pengantin Sunat.

The Virgin – Demi Nama Cinta
Andai engkau tahu ku hanya ingin dirimu
tak peduli yang lain menentang hatiku
jika kau sayang aku buktikanlah hatimu
agar aku tak ragu jalani bersamamu

[reff]
Demi nama cinta yang tumbuh di hatiku
ku serahkan cintaku hanya untukmu
demi nama cinta yang tumbuh di hatiku
ku serahkan cintaku hanya untukmu

Demi nama cinta yang tumbuh di hatiku
ku serahkan cintaku hanyalah untukmu
demi nama cinta yang tumbuh di hatiku
buktikanlah cinta putihmu

*lirik oleh: kisaranku.blogspot.com

Andai engkau tahu ku hanya ingin dirimu
tak peduli yang lain menentang hatiku
jika kau sayang aku (jika kau sayang aku)
buktikanlah hatimu (buktikanlah hatimu)
agar aku tak ragu (agar ku tak ragu) jalani bersamamu

[kembali ke reff]

Demi nama cinta yang tumbuh di hatiku
ku serahkan cintaku hanya untukmu
demi nama cinta (demi nama cinta)
yang tumbuh di hatiku (yang tumbuh di hati)
ku serahkan cintaku (cintaku) hanya untukmu

Demi nama cinta (demi nama cinta)
yang tumbuh di hatiku (yang tumbuh di hati)
ku serahkan cintaku (ku serahkan cintaku) hanya untukmu
demi nama cinta (demi nama cinta)
yang tumbuh di hatiku (yang tumbuh di hati)
ku serahkan cintaku (cintaku) hanya untukmu)

Duo personel the virgin, Dara dan Mitha siap beradu akting dengan Aming, Daus Separo danGary Iskak. Film ini masih dalam proses syuting dan bakalan siap diluncurkan 25 november 2010 nanti. Keren deh. Semoga the virgin dan lagunya demi nama cinta bisa laris dan sukses.

Ada komentar & pendapat?

Pengertian Sistem - Definisi Sistem

Kata Sistem awalnya berasal dari bahasa Yunani (sustēma) dan bahasa Latin (systēma). Berikut ini ada beberapa pengertian sistem yang diambil dari berbagai sumber.

  1. Pengertian dan definisi sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang saling berinteraksi, saling terkait, atau saling bergantung membentuk keseluruhan yang kompleks.

  2. Kesatuan gagasan yang terorganisir dan saling terikat satu sama lain.

  3. Kumpulan dari objek atau fenomena yang disatukan bersama untuk tujuan klasifikasi atau analisis.

  4. Adanya suatu kondisi harmonis dan interaksi yang teratur.


Dalam definisi yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan objek/benda yang memiliki hubungan diantara mereka. Biar lebih jelas, mari kita lihat contoh berikut ini.

Contoh konkret dari sebuah sistem diantaranya:

  • Organ tubuh manusia yang membentuk beragam sistem. Sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem eksresi, sistem saraf, sistem kerangka, dll.

  • Komponen elektronik komputer yang membentuk sistem komunikasi, sistem perangkat lunak, sistem perangkat keras, sistem jaringan, dll.

  • Rakyat Indonesia yang membentuk beragam sistem di Negara kita. Sistem pemerintahan, sistem keamanan, sistem hukum, sistem kebudayaan, dll.

  • ..... dan seterusnya..... (silakan ditambah sendiri)



Sekian saja artikel pendek kali ini mengenai pengertian sistem dan definisi sistem. Mudah mudahan bisa membantu kawan semuanya. Jangan segan untuk memberikan pendapat, komentar anda dengan berkomentar pada kolom dibawah. Sukses selalu.

Tuesday, October 26, 2010

Lirik Lagu Radja – Kegagalan Cinta

Lirik lagu radja kegagalan cinta adalah musik hasil aransemen ulang Rhoma irama. Moldy (gitaris raja) bilang lagu ini dibuat se-fun dan easy listening mungkin, biar sesuai dengan khas musik band radja.
Ok deh, silakan catat lirik lagunya dibawah ini.


Radja – Kegagalan Cinta
cukup sekali aku merasa kegagalan cinta
takkan terulang kedua kali di dalam hidupku
ya nasib ya nasib mengapa begini
baru pertama bercinta sudah menderita

cukup sekali aku merasa kegagalan cinta
takkan terulang kedua kali di dalam hidupku

kau yang mulai kau yang mengakhiri
kau yang berjanji kau yang mengingkari
kau yang mulai kau yang mengakhiri
kau yang berjanji kau yang mengingkari

[kisaranku.blogspot.com]

kalau begini akhirnya
tak mau ku bermain cinta
cukup sekali aku merasa kegagalan cinta

kau yang mulai kau yang mengakhiri
kau yang berjanji kau yang mengingkari
kau yang mulai kau yang mengakhiri
kau yang berjanji kau yang mengingkari

kau yang mulai kau yang mengakhiri
kau yang berjanji kau yang mengingkari
kau yang mulai kau yang mengakhiri
kau yang berjanji kau yang mengingkari

kalau begini akhirnya
tak mau ku bermain cinta

cukup sekali aku merasa kegagalan cinta
takkan terulang kedua kali di dalam hidupku


Bagaimana pendapat sahabat mengenai lirik lagu kegagalan cinta - by Radja ini? Bebas berkomentar dibawah untuk memberikan optini dan pendapat. Sukses terus musik Indonesia.

Sunday, October 24, 2010

MEMPELAJARI TATA CARA JENIS DAN RAGAM PENELITIAN

Untuk memudahkan kita dalam menentukan jenis penelitian yang biasa digunakan oleh para peneliti dibawah ini ada beberapa kategori jenis penelitian berdasarkan subjek ataupun objek penelitiannya yang tentu saja tidak lepas dari nilai keilmiahan sebuah penelitian. Penelitian dapat digolongkan / dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain berdasarkan:
1.      Tujuan;
2.      Pendekatan;
3.      Tempat;
4.      Pemakaian atau hasil / alasan yang diperoleh;
5.      Bidang ilmu yang diteliti;
6.      Taraf Penelitian;
7.      Teknik yang digunakan;
8.      Keilmiahan;
9.      Spesialisasi bidang (ilmu) garapan;

Selain ada pembagian secara umum yang biasa Juga digunakan dalam membagi kategori penelitian antara lain sebagai berikut :
  • Berdasarkan hasil / alasan yang diperoleh :
1.      Basic Research (Penelitian Dasar): mempunyai alasan intelektual, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan;
2.      Applied Reseach (Penelitian Terapan) :  mempunyai alasan praktis, keinginan untuk mengetahui; bertujuan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih baik, efektif, efisien.
  •  Berdasarkan Bidang yang diteliti:
1.   Penelitian Sosial: Secara khusus meneliti bidang sosial : ekonomi, pendidikan, hukum dsb;
2.   Penelitian Eksakta<:Secara khusus meneliti bidang eksakta : Kimia, Fisika, Teknik; dsb;
  • Berdasarkan Tempat Penelitian :
1.      Field Research (Penelitian Lapangan / Kancah): langsung di lapangan;
2.      Library Research (Penelitian Kepustakaan) : Dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) dari penelitian sebelumnya;
3.      Laboratory Research (Penelitian Laboratorium) : dilaksanakan pada tempat tertentu / lab , biasanya bersifat eksperimen atau percobaan;
  • Berdasarkan Teknik yang digunakan :
1.   Survey Research (Penelitian Survei)            : Tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti:
2.   Experimen Research (Penelitian Percobaan) : dilakukan perubahan (ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti;
  • Berdasarkan Keilmiahan :
1. Penelitian Ilmiah  : Menggunakan kaidah-kaidah ilmiah (Mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah / meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar / tinggi-rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian yaitu :
a.       Kemampuan memberikan pengertian ayng jelas tentang masalah yang diteliti:
b.      Kemampuan untuk meramalkan : sampai dimana kesimpulan yang sama dapat dicapai apabila data yang sama ditemukan di tempat / waktu lain;

Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah :
  1. Purposiveness   : fokus tujuan yang jelas;
  2. Rigor                : teliti, memiliki dasar teori dan disain metodologi yang baik;
  3. Testibility          : prosedur pengujian hipotesis jelas
  4. Replicability      : Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis;
  5. Objectivity        : Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif dan emosional;
  6. Generalizability  : Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna;
  7. Precision           : Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi dapat dilihat;
  8. Parsimony         : Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya.

2.      Penelitian non ilmiah :  Tidak menggunakan metode atau kaidah-kaidah ilmiah.
  • Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya : Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen, Pemasaran), Komunikasi (Massa, Bisnis, Kehumasan/PR, Periklanan), Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara, Internasional), Pertanian (agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman), Teknik, Ekonomi (Mikro, Makro, Pembangunan), dll;
  • Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) : variabel adalah hal yang menjadi objek penelitian, yangd itatap, yang menunjukkan variasi baik kuantitatif maupun kualitatif. Variabel : masa lalu, sekarang, akan datang. Penelitian yangd ilakukan dengan menjelaskan / menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif ( to describe = membeberkan / menggambarkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang adalah penelitian eksperimen.
  • Penelitian secara umum :
o       Penelitian Survei:
  1. Untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada;
  2. Mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok, daerah dsb;
  3.  Melakukan evaluasi serta perbandinagn terhadap hal yang telah dilakukan orang lain dalam menangani hal yang serupa;
  4. Dilakukan terhadap sejumlah individu / unit baik secara sensus maupun secara sampel;
  5. Hasilnya untuk pembuatan rencana dan pengambilan keputusan;
  6. Penelitian ini dapat berupa :
a.       Penelitian Exploratif (Penjajagan): Terbuka, mencari-cari, pengetahuan peneliti tentang masalah yang diteliti masih terbatas. Pertanyaan dalam studi penjajagan ini misalnya : Apakah yang paling mencemaskan anda dalam hal infrastruktur di daerah Kalbar dalam lima tahun terakhir ini? Menurut anda, bagaimana cara perawatan infrastruktur jalan dan jembatan yang baik?

b.      Penelitian Deskriptif : Mempelajari masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena; pengukuran yang cermat tentang fenomena dalam masyarakat. Peneliti menegmbangkan konsep, menghimpun fakta, tapi tidak menguji hipotesis;

c.       Penelitian Evaluasi   : mencari jawaban tentang pencapaian tujuan yang digariskan sebelumnya. Evaluasi disini mencakup formatif (melihat dan meneliti pelaksanaan program), Sumatif (dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur pencapaian tujuan);

d.      Penelitian Eksplanasi (Penjelasan)  : menggunakan data yang sama, menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui pengujian hipotesis;

e.       Penelitian Prediksi   : Meramalkan fenomena atau keadaan tertentu;

f.        Penelitian Pengembangan Sosial : Dikembangkan berdasarkan survei yang dilakukan secara berkala: Misal : Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kalbar, 1998-2003; 

o       Grounded Research            : Mendasarkan diri pada fakta dan menggunakan analisis perbandingan; bertujuan mengadakan  generalisasi empiris, menetapkan konsep, membuktikan teori, mengembangkan teori; pengumpulan dan analisis data dalam waktu yang bersamaan. Dalam riset ini data merupakan sumber teori, teori berdasarkan data. Ciri-cirinya : Data merupakan sumber teori dan sumber hipotesis, Teori menerangkan data setelah data diurai.

o       Studi Kasus            : Mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit yang menjadi subjek; tujuannya memberikan gambaran secara detail  tentang latar belakang, sifat, karakteristik yang khas dari kasus, yang kemudian dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Hasilnya merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yang tipikal. Ruang lingkupnya bisa bagian / segmen, atau keseluruhan siklus /aspek. Penelitian ini lebih ditekankan kepada pengkajian variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil.

o       Penelitian Eksperimen : Dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta diadakan kontrol terhadap variabel tertentu; Untuk pengujian hipotesis tertentu; dimaksudkan untuk mengetahui hubungan hubungan sebab - akibat variabel penelitian; Konsep dan varaiabelnya harus jelas, pengukuran cermat. Tujuan penelitian ini untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab-akibat serta berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara memberikan perlakukan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menjediakan kontrol untuk perbandingan.

No.
Penggolongan Menurut
Jenis/Ragam Penelitian
1.
Tujuan
a.Eksplorasi;
b. Pengembangan;
c. Verifikasi
2.
Pendekatan
a.       Longitudinal;
b.      Cross-sectional;
c.       Kuantitatif;
d.      Survei;
e.       Assessment;
f.        Evaluasi;
g.       Action Research;
h.        
3.
Tempat
a.       Library;
b.      Laboratorium’
c.       Field
4.
Pemakaian
a.       Pure;
b.      Applied
5.
Bidang Ilmu
a.       Pendidikan ;
b.      Agama;
c.       Manajemen;
d.      Komunikasi;
e.       Administrasi;
f.        Keteknikan;
g.       Bahasa;
h.       Hukum;
i.         Sejarah;
j.        Antropologi;
k.      Sosiologi;
l.         Filsafat;
6.
Taraf Penelitian
a.       Deskriftif;
b.      Eksplanasi
7.
Saat terjadinya variabel
a.       Historis;
b.      Ekspos-Fakto;
c.       Eksperimen


Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif


No.
Penelitian Kuantitatif
Penelitian Kualitatif
1.
Kejelasan Unsur :
Tujuan, pendekatan, subjek, sampel,
Sumber data sudah mantap, rinci sejak awal

Subjek sampel, sumber data tidak mantap
Dan rinci, masih fleksibel, timbul dan berkembangnya sambil jalan
2.
Langkah penelitian :
Segala sesuatu direncanakan sampai
Matang ketika persiapan disusun

Baru diketahui denagn mantap dan jelas setelah penelitian selesai
3.
Hipotesis (Jika memang perlu)
a.      Mengajukan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian;
b.     Hipotesis menentukan hasil yang diramalkan--- a priori


Tidak menegmukakan hipotesis sebelumnya, tetapi dapat lahir selama penelitian berlangsung--- tentatif
Hasil penelitian terbuka
4.
Disain :
Dalam disain jelas langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan

Disain penelitiannya fleksibel dengan langkah dan hasil yang tidak dapat dipastikan sebelumnya;
5.
Pengumpulan data :
Kegiatan dalam pengumpulan data memungkinkan untuk diwakilkan

Kegiatan pengumpulan data selalu harus dilakukan sendiri oleh peneliti.
6.
Analisis data :
Dilakukan sesudah semua data terkumpul.

Dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data


TUJUAN PENELITIAN :
Secara umum ada empat tujuan utama :
1.Tujuan Exploratif (Penemuan) : menemukan sesuatu yang baru dalam bidang tertentu;
2.      Tujuan Verifikatif (Pengujian): menguji kebenaran sesuatu dalam bidang yang telah ada;
3.      Tujuan Developmental (Pengembangan) : mengembangkan sesuatu dalam bidang yang telah ada;
4.      Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi)

PERANAN PENELITIAN
  1. Pemecahan Masalah           : meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan kait mengkait;
  2. Memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang diajukan : meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan atau menggambarkan fenomena-fenomena dari masalah tersebut;
  3. Mendapatkan pengetahuan / ilmu baru 
PERSYARATAN PENELITIAN :
1.      Mengikuti konsep ilmiah;
2.      Sistematis : Pola tertentu;
3.      Terencana  :

Penelitian dikatakan baik bila :
  1. Purposiveness         : Tujuan yang jelas;
  2. Exactitude              :  Dilakukan dengan hati-hati, cermat, teliti;
  3. Testability               : Dapat diuji atau dikaji;
  4. Replicability            : Dapat diulang oleh peneliti lain;
  5. Precision and Confidence    : Memiliki ketepatan dan keyakinan jika dihubungkan dengan populasi atau sampel;
  6. Objectivity                 : Bersifat objektif;
  7. Generalization            :  Berlaku umum;
  8. Parismony                  : Hemat, tidak berlebihan;
  9. Consistency               : data atau ungkapan yang digunakan harus selalu sama bagi kata atau ungkapan yang memiliki arti sama;
  10. Coherency                : Terdapat hubungan yang saling menjalin antara satu bagian dengan bagian lainnya.

PROSEDUR / LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN :

Garis besar :
a.       Pembuatan rancangan;
b.      Pelaksanaan penelitian;
c.       Pembuatan laporan penelitian

Bagan arus kegiatan penelitian
  1. Memilih Masalah; memerlukan kepekaan
  2. Studi Pendahuluan; studi eksploratoris, mencari informasi;
  3. Merumuskan Masalah;  jelas, dari mana harus mulai, ke mana harus pergi dan dengan apa
  4. Merumuskan anggapan dasar; sebagai tempat berpijak, (hipotesis);
  5. Memilih pendekatan; metode atau cara penelitian, jenis / tipe penelitian : sangat emenentukan variabel apa, objeknmya apa, subjeknya apa, sumber datanya di mana;
  6. Menentukan variabel dan Sumber data; Apa yang akan diteliti? Data diperoleh dari mana?
  7.  Menentukan dan menyusun instrumen; apa jenis data, dari mana diperoleh? Observasi, interview, kuesioner?
  8.  Mengumpulkan data; dari mana, dengan cara apa?
  9.  Analisis data; memerlukan ketekunan dan pengertian terhadap data. Apa jenis data akan menentukan teknis analisisnya
  10. Menarik kesimpulan; memerlukan kejujuran, apakah hipotesis terbukti?
  11. Menyusun laporan; memerlukan penguasaan bahasa yang baik dan benar.
     

Friday, October 22, 2010

ESENSI PENGENDALIAN EKSPERIMEN DALAM ILMU PENDIDIKAN

A. Pendahuluan Ciri umum pengembangan ilmu pengetahuan adalah dilakukannya penelitian-penelitian ilmiah bagi cabang ilmu pengetahuan yang ada. Makin banyak penelitian dilakukan bagi suatu cabang ilmu maka makin kokoh keberadaan cabang ilmu tersebut di lingkungan keilmuan, dan makin profesional pula kemungkinan penerapan cabang ilmu tersebut.

Ilmu pendidikan, sebagai bagian dari ilmu-ilmu sosial, merupakan cabang ilmu yang relatif muda dan masih harus terus menerus memperjuangkan eksistensinya agar benar-benar berterima serta tidak inferior terhadap cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain, khususnya terhadap ilmu-ilmu alam (natural sciences). Dalam melaksanakan berbagai penelitian ilmiah dalam bidang pendidikan, sebagian ahli pendidikan tentu saja akan sampai pula pada pengamatan hubungan antar fenomena yang bercorak hubungan sebab-akibat (causal relationship). Untuk menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel ini jenis penelitian yang perlu banyak dilakukan dan yang mempunyai daya penjelasan terbaik atau terkuat adalah jenis eksperimen.

Untuk melaksanakan dan mendapatkan hasil penelitian jenis eksperimen yang sebaik-baiknya, peneliti atau calon peneliti pendidikan harus benar-benar memahami dahulu ciri-ciri serta persyaratan pelaksanaan penelitian eksperimen itu sendiri. Hal ini perlu demikian adanya agar para peneliti tidak terjebak dalam pengambilan kesimpulan yang salah (bias) atas hasil-hasil penelitiannya. Penelitian jenis eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri sehingga kemungkinan keterpakaiannya dalam suatu cabang ilmu berbeda-beda antara satu dengan yang lain, tergantung pada karakteristik dari cabang-cabang ilmu yang hendak menggunakannya.

Makalah ini mencoba mengangkat sebagian isu penting penelitian jenis eksperimen dalam rangka berandil guna bagi kejelasan dan pemantapan pengembangan penelitian-penelitian pendidikan yang sedang atau akan dilakukan para peneliti pendidikan, khususnya dari kalangan sivitas akademika IKIP dan sejenisnya.

B. Logika Dasar Eksperimentasi
Eksperimentasi dimulai dengan mengembangkan hipotesis hubungan sebab-akibat antara variabel terikat dan variabel bebasnya. Selanjutnya dilakukan berturut-turut: pengukuran nilai (kualitas) variabel terikatnya (pretest), mengenakan perlakuan (kondisi pengubah nilai) terhadap variabel bebasnya, dan mengukur kembali nilai variabel terikatnya (posttest) untuk melihat ada tidaknya perubahan nilai (kualitas). Masalah pokok dalam melaksanakan eksperimen adalah menjaga kondisi eksperimen sedemikian sehingga tidak ada faktor lain yang sempat menyertai jalannya eksperimen yang dapat mengacaukan atau mengaburkan pengukuran hasil penelitian (posttest).

Di sisi lain, suatu eksperimen adalah suatu kegiatan empirik yang ciri hakikinya justru terikat pada ruang dan waktu. Selama berada dalam kondisi ruang dan waktu eksperimen, khususnya yang terkait dengan ruang yang luas dan waktu yang lama, kemungkinan bagi proses eksperimen untuk tidak terganggu dari faktor yang tidak diinginkan sungguh merupakan hal yang sulit terjadi kalau tidak dapat dikatakan mustahil. Seni melaksanakan eksperimen terletak pada usaha dan kemampuan peneliti untuk melindungi jalannya eksperimen dari segala gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen.

Bobot perlindungan eksperimen dari gangguan luar ini disebut keterlindungan atau closure. Kualitas eksperimen, dan pada gilirannya juga keterpakaian atau kegunaan hasil eksperimen, akan sangat ditentukan oleh bobot atau kekokohan keterlindungannya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pengembangan dan perkembangan berbagai ragam rancangan eksperimen pada hakikatnya adalah aktualisasi dari penguatan keterlindungan ragam rancangan eksperimen termaksud.

C. Penerapan Eksperimen dalam Ilmu-ilmu Alam dan Ilmu-ilmu Sosial
Dalam eksperimen pada ilmu-ilmu alam peneliti secara relatif mempunyai kemampuan melindungi variabel (closure) yang tinggi dengan cara membuat lingkungan buatan sehingga menutup kemungkinan pengaruh dari luar. Di sini dikatakan bahwa peneliti memiliki closure yang sempurna. Di sisi lain, karena ilmu-ilmu sosial terkait dengan subjek yang berujud manusia, pengendalian-pengendalian tersebut akan terikat dengan aspek-aspek etis, moral, dan pertimbangan-pertimbangan hukum. Selain itu, peneliti juga tidak dapat mengubah unsur-unsur pribadi subjeknya, misalnya, seks, umur, status ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan.

Jadi, tampak bahwa eksperimen memang merupakan metode yang dapat dan tepat serta umum dipakai untuk mengumpulkan data dalam ilmu-ilmu alam, namun, dengan alasan seperti tersebut di atas, jenis eksperimen memang kurang luas dan cukup sulit serta rumit untuk dapat digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Walaupun demikian, untuk dapat melaksanakan eksperimen, peneliti ilmu-ilmu sosial dapat menggunakan sejumlah kendali yang bercorak simbolik, yaitu tidak dengan mengubah nilai-nilai dari subjeknya, melainkan mempertahankan nilai-nilai itu tetap selama eksperimen dilaksanakan, misalnya, peneliti memang tidak dapat mengubah kelamin subjeknya, tetapi peneliti dapat menganalisis secara terpisah untuk seks yang berbeda.

Dalam sebagian besar eksperimen bidang ilmu-ilmu sosial, khususnya bidang pendidikan, pengendalian penuh kondisi eksperimen umumnya tidak dapat dilaksanakan. Dengan subjek berupa manusia, secara teoritik, akan ada beribu-ribu faktor yang mungkin mengotori suatu eksperimen. Hakikat cara untuk mengurangi pengotoran tersebut adalah membuat eksperimen termaksud sesingkat mungkin (pengendalian aspek waktu) dan dilakukan dalam ruang (tempat) yang terbatas dan terlindung (laboratorium). Bila penyingkatan waktu dan penggunaan laboratorium ini tidak dimungkinkan, maka peneliti harus puas atau sadar untuk menerima kenyataan bahwa hasil eksperimen yang diukurnya (posttest) pasti telah terkotori oleh faktor-faktor lain yang tidak diperhitungkan dalam eksperimen termaksud. Langkah selanjutnya yang perlu diambil adalah bahwa peneliti harus berusaha mengukur semua pengaruh-pengaruh dari luar tersebut, dan kemudian mengeluarkannya dari nilai perbedaan antara posttest dan pretest yang didapatnya, sehingga sisa dari pengeluaran itu dapat dianggap (syah) sebagai hasil perlakukan eksperimen yang dimaksudkan. Bagaimana caranya?

Secara umum, cara yang dapat dilakukan untuk menghindari salah ukur dan salah tafsir terhadap hasil eksperimen adalah menggunakan dua kelompok amatan, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok pembanding. Terhadap dua kelompok ini harus dapat dikenai dua asumsi pokok, yaitu, pertama bahwa subjek pada kedua kelompok mempunyai karakteristik yang sama. Kedua, baik pretest maupun faktor-faktor lain yang mempengaruhi subjek pada kedua kelompok mempunyai bobot yang sama pula.

D. Validitas Dalam pada Rancangan Eksperimen
Sekarang telah banyak tersedia rancangan-rancangan eksperimen tertentu yang sengaja dikembangkan untuk meniadakan pengaruh-pengaruh tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian eksperimen yang tertentu pula. Rancangan-rancangan khusus tersebut, yaitu rancangan yang mengandung usaha-usaha untuk meyakinkan adanya kebenaran (ketepatan dan kecermatan) hasil eksperimen, adalah hasil aktualisasi usaha untuk meningkatkan validitas dalam (internal validity) dari rancangan-rancangan eksperimen yang bersangkutan.

Untuk rancangan eksperimen yang dapat mengembangkan perlindungan penuh terhadap jalannya eksperimen atau rancangan eksperimen yang dapat mencapai penjelasan yang cukup akurat terhadap proses pengukuran hasil eksperimennya (melaksanakan berbagai usaha kompensasi terhadap segala atau berbagai pengotoran yang mungkin) atau rancangan eksperimen yang mempunyai validitas dalam yang sempurna disebut rancangan eksperimen murni (True Experimental designs). Untuk rancangan eksperimen yang hanya dapat mengembangkan perlindungan sebagian terhadap jalannya eksperimen atau rancangan eksperimen yang hanya dapat mencapai sebagian saja penjelasan yang cukup akurat terhadap proses pengukuran hasil eksperimennya atau rancangan eksperimen yang mempunyai validitas dalam yang hanya memadai disebut rancangan eksperimen kuasi (Quasi Experimental Designs). Sedangkan rancangan eksperimen (rancangan yang mengenakan perlakuan terhadap subjek) namun tidak mengembangkan perlindungan terhadap jalannya eksperimen atau rancangan yang tidak mempunyai validitas dalam yang memadai disebut rancangan pra-eksperimen (Pre-Experimental Designs atau Nondesigns).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot atau kualitas validitas dalam suatu rancangan eksperimen atau faktor-faktor yang mungkin mengotori jalannya eksperimen berserta kemungkinan kompensasinya adalah sebagai berikut.

1. Pengotoran karena Sejarah (History)
Dalam penelitian istilah “history” dimaksudkan sebagai semua kejadian di luar yang dimaksudkan dari suatu eksperimen yang muncul bersamaan dengan saat dilakukannya suatu eksperimen sehingga sangat mungkin mengukur hasil eksperimen terganggu atau terkotori oleh adanya kejadian tersebut. Untuk menghindari hal ini umumnya digunakan suatu grup pembanding yang dalam segala aspek terkena kejadian luar yang sama dengan kejadian luar yang mengenai kelompok eksperimen. Bedanya hanyalah bahwa kelompok pembanding tidak dikenai perlakuan eksperimen yang hendak diamati. Bila pengukuran nilai yang diamati pada kedua kelompok menunjukkan perbedaan, maka sangat mungkin perbedaan tersebut adalah akibat perlakuan eksperimen itu sendiri.

2. Pengotoran karena Pemilihan (Selection)
Pada suatu eksperimen mungkin saja kelompok subjek yang dikenai perlakuan kebetulam mempunyai karakteristik tertentu yang justru bersesuaian atau bertentangan secara khusus dengan unsur yang dieksperimenkan. Dengan demikian, hasil eksperimen ini menjadi bersifat khusus sehingga tidak dapat digeneralisasikan seperti yang dirancangkan. Untuk menghindari hal ini subjeknya harus dikenai randomisasi pemilihan baik untuk masuk sebagai anggota dalam kelompok eksperimen maupun untuk kelompok pembanding. Untuk usaha randomisasi ini telah tersedia berbagai cara yang perlu dipilih bersesuaian dengan bentuk dan tujuan rancangan eksperimennya.

3. Pengotoran karena Kematangan (Maturation)
Bias kematangan terkait dengan proses perubahan yang terjadi dengan sendirinya dalam diri subjek yang dikenai perlakuan eksperimen. Khususnya untuk jenis eksperimen yang membutuhkan waktu yang lama, sehingga selain terkena perlakuan, subjek yang bersangkutan dengan sendirinya sudah berubah karakteristiknya. Cara mengatasinya adalah juga dengan menyediakan kelompok pembanding yang mempunyai sifat pertumbuhan kematangan yang sama dengan pertumbuhan kematangan kelompok eksperimen. Atau dapat pula dengan cara, kalau dimungkinkan, menggunakan rentang waktu perlakuan yang sangat pendek, sehingga pertumbuhan yang ada masih dapat diabaikan pengaruhnya.

4. Pengotoran karena Tes (Testing)
Pengalaman pernah mengikuti tes yang sejenis, misalnya pretes, sangat mungkin memberikan pengaruh pada proses pengerjaan tes berikutnya, misalnya postes, sehingga hasil postes ini tidak murni lagi menggambarkan pengaruh perlakuan yang dieksperimenkan, melainkan tercampur dengan pengaruh pengalaman mengikuti tes sebelumnya. Kompensasinya adalah dengan menyediakan kelompok pembanding tambahan yang juga dikenai perlakuan namun tidak dikenai pretes.

5. Pengotoran karena Instrumen (Instrumentation)
Pengamat, evaluasi atau evaluator, penginterviu (semacam bentuk instrumen) dan bagian-bagian instrumen penelitian yang lain yang disertakan dalam perjalanan waktu eksperimen sangat mungkin berubah kondisi dari waktu ke waktu, misalnya, kelelahan, kejenuhan, keantusiasan, keterpesonaan, keausan dan lain-lain yang akan mempengaruhi objektvitas pengamatan atau penilaiannya. Dengan demikian pengukuran hasil akhir eksperimen dengan sendirinya ternoda atau terkotori. Kompensasi untuk kondisi ini adalah persiapan antisipatif yang matang terhadap kemungkinan itu sendiri.

6. Pengotoran karena Regresi Statistik (Statistical Regression)
Dalam melakukan analisis statistik tertentu, sangat mungkin ada langkah-langkah yang sengaja dilakukan demi penyederhanaan atau kepraktisan pelaksanaan, misalnya penyeleksian subjek dengan intervalisasi atau kategorisasi kelompok sekor tinggi dan rendah dengan sekor tertentu yang kasar atau berbeda tajam. Langkah-langkah ini tentu saja mengurangi kemurnian pengukuran hasil penelitian, karena akan terjadi kecenderungan pada postes pengisian bagian sekor yang hilang. Yang ekstrem tinggi cenderung direndahkan, sedang yang ekstrem rendah cenderung dinaikkan. Kompensasinya adalah menghindari seleksi dengan sekor ekstrem.

7. Pengotoran karena Subjek Gugur (Experimental Mortality)
Bila yang gugur justru subjek-subjek pokok yang diamati dalam eksperimen jelas hasil akhir eksperimen akan tidak memadai. Kompensasinya adalah menggunakan sampel yang cukup besar dan randomisasi yang cukup sempurna.

8. Pengotoran karena Kestabilan (Stability)
Perubahan-perubahan yang bersifat kebetulan atau spo­radik sangat mengganggu kemurnian hasil eksperimen. Hal ini dapat diketahui dengan berbagai cara tes statistik. Untuk kompensasi hal ini belum ada saran yang dapat diajukan.

9. Pengotoran karena Kombinasi Interaktif (Interactive Combinations of Factors)
Pengotoran ini sangat banyak ragamnya, khususnya eksperimen yang menginklusikan banyak variabel. Kompensasinya adalah dengan pengembangan teoritisasi hubungan antar variabel yang secermat mungkin, termasuk kemungkinan hubungan interaktifnya.

10. Pengotoran karena Harapan (Expectancy)
Karena satu dan lain hal, pelaksana perlakuan eksperimen, secara sadar atau tidak sadar, sangat mungkin mempunyai pengharapan tertentu atas berhasilnya eksperimen. Akibat dari adanya harapan ini sangat mungkin tanpa sadar yang bersangkutan memberikan secara nyata atau tersirat hal-hal atau kunci-kunci keberhasilan eksperimen kepada subjek eksperimen. Dengan demikian pengukuran hasil eksperimen akan dikotori dengan pengaruh harapan pelaksana eksperimen tersebut. Kompensasinya, antara lain, adalah mengkondisi pelaksana agar tidak tahu atau tidak sadar kalau sedang melakukan eksperimen.

E. Kesimpulan
Eksperimen merupakan metode dengan kendali yang tinggi untuk menunjukkan keberadaan hubungan sebab-akibat (causal relationship) antara satu atau lebih variabel bebas dan satu atau lebih variabel terikat. Pada eksperimen yang ideal peneliti melakukan kendali atau kontrol terhadap lingkungan di tempat eksperimen tersebut dilakukan dan menjaga agar kondisi lingkungan tersebut tetap agar faktor-faktor luar tidak mempengaruhi jalannya ekpserimen.

Telah tersedia berbagai rancangan eksperimen yang mempunyai sistem kendali yang berbeda-beda terhadap kemungkinan-kemungkinan pengotoran pengukuran hasil eksperimen. Rancangan ini perlu dipilih oleh calon peneliti sesuai dengan tujuan penelitian serta kemampuan umum penanganannya.

Kepustakaan
Tuckman, B.W. (1978). Conducting Educational Research. Second Edition. New York: Harcourt Brace Jovanovich, publishers.
Bailey, Kenneth D. (1976). Methods of Social Research. London: Collier Macmillan Publishers.

MEMBANGUN KEMANDIRIAN PROFESI PENDIDIKAN DALAM PENGEMBANGAN PROFESI PENDIDIK

 Oleh : Uhar Suharsaputra

Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting bagi kehidupan manusia, pendidikan dapat mendorong peningkatan kualitas manusia dalam bentuk meningkatnya kompetensi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Masalah yang dihadapi dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas kehidupan sangat kompleks, banyak faktor yang harus dipertimbangkan karena pengaruhnya pada kehidupan manusia tidak dapat diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas Sumberdaya manusia suatu bangsa. Bagi suatu bangsa pendidikan merupakan hal yang sangat penting, dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan, dengan pendidikan manusia juga akan mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Oleh karena itu membangun pendidikan menjadi suatu keharusan, baik dilihat dari perspektif internal (kehidupan intern bangsa) maupun dalam perspektif eksternal (kaitannya dengan kehidupan bangsa-bangsa lain)
Menurut Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari pengertian tersebut dapatlah dimengerti bahwa pendidikan merupakan suatu usaha atau aktivitas untuk membentuk manusia-manusia yang cerdas dalam berbagai aspeknya baik intelektual, sosial, emosional maupun spiritual, trampil serta berkepribadian dan dapat berprilaku dengan dihiasi akhlak mulia. Ini berarti bahwa dengan pendidikan diharapkan dapat terwujud suatu kualitas manusia yang baik dalam seluruh dimensinya, baik dimensi intelektual, emosional, maupun spiritual yang nantinya mampu mengisi kehidupannya secara produktif bagi kepentingan dirinya dan masyarakat.
Pengertian tersebut menggambarkan bahwa pendidikan merupakan pengkondisian situasi pembelajaran bagi peserta didik guna memungkinkan mereka mempunyai kompetensi-kompetensi yang dapat bermanfaat bagi kehidupan dirinya sendiri maupun masyarakat. Hal ini sejalan dengan fungsi pendidikan yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 Pasal 3).
Salah satu faktor yang amat menentukan dalam upaya meningkatkan kualitas SDM melalui Pendidikan adalah tenaga Pendidik (Guru/Dosen), melalui mereka pendidikan diimplementasikan dalam tataran mikro, ini berarti bahwa bagaimana kualitas pendidikan dan hasil pembelajaran akan terletak pada bagaimana pendidik melaksanakan tugasnya secara profesional serta dilandasi oleh nilai-nilai dasar kehidupan yang tidak sekedar nilai materil namun juga nilai-nilai transenden ysng dapat mengilhami pada proses pendidikan ke arah suatu kondisi ideal dan bermakna bagi kebahagiaan hidup peserta didik, pendidik serta masyarakat secara keseluruhan.
Dengan demikian, nampak bahwa Pendidik diharapkan mempunyai pengaruh yang signifikan pada pembentukan sumberdaya manusia (human capital) dalam aspek kognitif, afektif maupun keterampilan, baik dalam aspek fisik, mental maupun spiritual. Hal ini jelas menuntut kualitas penyelenggaraan pendidikan yang baik serta pendidik yang profesional, agar kualitas hasil pendidikan dapat benar-benar berperan optimal dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu pendidik dituntut untuk selalu memperbaiki, mengembangkan diri dalam membangun dunia pendidikan.
Dengan mengingat berat dan kompleksnya membangun pendidikan, adalah sangat penting untuk melakukan upaya-upaya guna mendorong dan memberdayakan tenaga pendidik untuk makin profesional serta mendorong masyarakat berpartisipasi aktif dalam memberikan ruang bagi pendidik untuk mengaktualisasikan dirinya dalam rangka membangun pendidikan, hal ini tidak lain dimaksudkan untuk menjadikan upaya membangun pendidikan kokoh, serta mampu untuk terus mensrus melakukan perbaikan kearah yang lebih berkualitas.
B. MEMBANGUN KEMANDIRIAN DALAM PENGEMBANGAN PROFESI PENDIDIK
Profesi pendidik merupakan profesi yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, hal ini tidak lain karena posisi pendidikan yang sangat penting dalam konteks kehidupan bangsa. Pendidik merupakan unsur dominan dalam suatu proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik dalam menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat
Dengan mengingat hal tersebut, maka jelas bahwa upaya-upaya untuk terus mengembangkan profesi pendidik (Guru) menjadi suatu syarat mutlak bagi kemajuan suatu bangsa, meningkatnya kualitas pendidik akan mendorong pada peningkatan kualitas pendidikan baik proses maupun hasilnya.
1. Pengembangan profesi Pendidik/Guru
Dalam konteks Indonesia dewasa ini, nampak kecenderungan makin menguatnya upaya pemerintah untuk terus mengembangkan profesi pendidik sebagai profesi yang kuat dan dihormati sejajar dengan profesi lainnya yang sudah lama berkembang, hal ini terlihat dari lahirnya UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-undang ini jelas menggambarkan bagaimana pemerintah mencoba mengembangkan profesi pendidik melalui perlindungan hukum dengan standard tertentu yang diharapkan dapat mendorong pengembangan profesi pendidik.
Perlindungan hukum memang diperlukan terutama secara sosial agar civil effect dari profesi pendidik mendapat pengakuan yang memadai, namun hal itu tidak serta-merta menjamin berkembangnya profesi pendidik secara individu, sebab dalam konteks individu justru kemampuan untuk mengembangkan diri sendiri menjadi hal yang paling utama yang dapat memperkuat profesi pendidik. Oleh karena itu upaya untuk terus memberdayakannya merupakan suatu keharusan agar kemampuan pengembangan diri para pendidik makin meningkat.
Dengan demikian, dapatlah difahami bahwa meskipun perlindungan hukum itu penting, namun pengembangan diri sendiri lebih penting dan strategis dalam upaya pengembangan profesi, ini didasarkan beberapa alasan yaitu :
· Perlindungan hukum penting dalam menciptakan kondisi dasar bagi penguatan profesi pendidik, namun tidak dapat menjadikan substansi pengembangan profesi pendidik otomatis terjadi
· Perlindungan hukum dapat memberikan kekuasan legal (legal power) pada pendidik, namun akan sulit menumbuhkan profesi pendidik dalam pelaksanaan peran dan tugasnya di bidang pendidikan
· Pengembangan diri sendiri dapat menjadikan profesi pendidik sadar dan terus memberdayakan diri sendiri dalam meningkatkan kemampuan berkaitan dengan peran dan tugasnya di bidang pendidikan
· Pengembangan diri sendiri dapat memberikan kekuasaan keahlian (expert power) pada pendidik, sehingga dapat menjadikan pendidik sebagai profesi yang kuat dan penting dalam proses pendidikan bangsa.
Oleh karena itu, pendidik mesti terus berupaya untuk mengembangkan diri sendiri agar dalam menjalankan peran dan tugasnya dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi kepentingan pembangunan bangsa yang maju dan bermoral sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
2. Strategi Pengembangan profesi Pendidik/Guru
Mengemengembangan profesi tenaga pendidik bukan sesuatu yang mudah, hal ini disebabkan banyak faktor yang dapat mempengaruhinya, untuk itu pencermatan lingkungan dimana pengembangan itu dilakukan menjadi penting, terutama bila faktor tersebut dapat menghalangi upaya pengembangan tenaga pendidik. Dalam hubungan ini, faktor birokrasi, khususnya birokrasi pendidikan sering kurang/tidak mendukung bagi terciptanya suasana yang kondusif untuk pengembangan profesi tenaga pendidik.
Sebenarnya, jika mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pendidikan, birokrasi harus memberikan ruang dan mendukung proses pengembangan profesi tenaga pendidik, namun sistem birokrasi kita yang cenderung minta dilayani telah cukup berakar, sehingga peran ideal sebagaimana dituntun oleh peraturan perundang-undangan masih jauh dari terwujud.
Dengan mengingat hal tersebut, maka diperlukan strategi yang tepat dalam upaya menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan profesi tenaga pendidik, situasi kondusif ini jelas amat diperlukan oleh tenaga pendidik untuk dapat mengembangkan diri sendiri kearah profesionilisme pendidik. Dalam hal ini, terdapat beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi pengembangan profesi pendidik, yaitu :
· Strategi perubahan paradigma. Strategi ini dimulai dengan mengubah paradigma birokasi agar menjadi mampu mengembangkan diri sendiri sebagai institusi yang berorientasi pelayanan, bukan dilayani.
· Strategi debirokratisasi. Strategi ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkatan birokrasi yang dapat menghambat pada pengembangan diri pendidik
Strategi tersebut di atas memerlukan metode operasional agar dapat dilaksanakan, strategi perubahan paradigma dapat dilakukan melalui pembinaan guna menumbuhkan penyadaran akan peran dan fungsi birokrasi dalam kontek pelayanan masyarakat, sementara strategi debirokratisasi dapa dilakukan dengan cara mengurang dan menyederhanakan berbagai prosedur yang dapat menjadi hambatan bagi pengembangan diri tenaga pendidik serta menyulitkan pelayanan bagi masyarakat.
3. Pengembangan profesi tenaga pendidik dan arah perkembangan pendidikan di Indonesia
Banyak pakar yang menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia masih rendah dan ketinggalan, banyak faktor penyebabnya, dari mulai masalah anggara pendidikan yang kecil, sistem pendidikan yang masih perlu diperbaiki, sosial budaya masyarakat serta hambatan dalam implementasi kebijakan, namun yang jelas ini menunjukan bahwa masih diperlukannya kerja keras dalam membangun pendidikan di Indonesia guna mengejar ketertinggalannya dari negara lain.
Pada tataran makro, ketertinggalan dalam bidang pendidikan merupakan cerminan dari kebijakan nasional pendidikan, meskipun dalam tingkat praktisnya aspek kelemahan terjadi juga dalam implementasi kebijakan, sehingga meskipun kebijakan secara ideal mengarah pada upaya peningkatan kualitas pendidikan, namun implementasi dilapangan sering terjadi distorsi yang dapat mengurangi efektivitas pencapaian tujuan kebijakan itu sendiri.
Selain itu pandangan masyarakat yang mencerminkan nilai sosial budaya yang ada menunjukan arah yang kurang kondusif bagi peningkatan kualitas pendidikan, seperti pandangan bahwa mengikuti pendidikan hanya untuk jadi pegawai, pandangan ini akan mendorong pada pendekatan pragmatis dalam melihat pendidikan, dan ini tentu saja memerlukan kesadaran sosial dan kesadaran budaya yang berbeda dalam melihat outcome pendidikan. Pendidikan harus dipandang sebagai upaya peningkatan kualitas manusia untuk berkiprah dalam berbagai bidang kehidupan, menjadi pegawai harus dipandang sebagai salah satu alternatif pilihan yang setara dengan pilihan untuk bidang-bidang pekerjaan lainnya, sehingga keterlibatan manusia terdidik dalam berbagai bidang kehidupan dan pekerjaan akan mendorong keseimbangan dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik dan berkualitas.
Berbagai bidang kehidupan di Indonesia ini banyak sekali, wilayah lautan, kesuburan tanah jelas dapat menjada dasar bagi pemilihan bidang pekerjaan yang dapat diambil oleh manusia terdidik, sehingga fokus untuk menjadi pegawai (lebih sempit lagi pegawai negeri) jelas merupakan sikap yang mempersempit bidang kehidupan, padahal bidang kehidupan itu sendiri sangat beragam, dan bagi bangsa Indonesia, potensi yang ada jelas memungkinkan manusia terdidik untuk berperan di dalamnya.
Dengan melihat hal tersebut, jelas bahwa peran pemerintah sangat besar dalam terbentuknya kondisi yang demikian, pengembangan sekolah yang kurang/tidak mengacu pada potensi yang dimiliki bangsa jelas berakibat pada timpangnya pemilihan peserta didik dalam memilih bidang pekerjaan/kehidupan, sehingga menjadi pegawai dianggap sebagai suatu pilihan yang paling tepat, meskipun bidang lain sebenarnya banyak menjanjikan bagi peningkatan kualitas kehidupan. Kondisi ini memang punya kaitan dengan kultur yang diciptakan penjajah Belanda, dimana mereka membuka sekolah untuk mendidik manusia menjadi pegawai (ambtenaar) rendahan yang diperlukan oleh Penjajah. Namun demikian upaya pembangunan pendidikan nasional sejak jaman kemerdekaan jelas mestinya telah mampu merubah cara berfikir demikian, hal ini tentu saja dapat terjadi jika pembangunan pendidikan nasional selalu mengacu pada potensi luhur yang dimiliki bangsa Indonesia.
Dalam kondisi ketertinggalan serta arah pendidikan yang tidak/kurang mempertimbangkan potensi luhur bangsa, peran tenaga pendidik menjadi sangat penting dan menentukan dalam tataran mikro pendidikan (Sekolah, Kelas). Untuk itu pengembangan diri sendiri tenaga pendidik akan menjadi landasan bagi penumbuhan kesadaran pada peserta didik tentang perlunya berusaha terus meningkatkan kualitas pendidikan diri serta mengarahkan nya pada kesadaran untuk melihat dan memanfaatkan potensi luhur bangsa dalam mengisi kehidupan kelak sesudah selesai mengikuti pendidikan.
Oleh karena itu pengembangan profesi pendidik akan memberi dampak besar bagi peningkatan kualita pendidikan yang sekarang masih tertinggal, serta memberi arah yang tepat pada peserta didik dalam berperan di masyarakat untuk ikut bersama masyarakat dalam membangun bangsa
4. Pengembangan profesi tenaga pendidik berbasis kemandirian dan marketing
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa pengembangan profesi tenaga pendidik merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan serta arah pendidikan agar sesuai dengan potensi luhur yang dimiliki bangsa. Untuk itu pengembangannya perlu didasarkan pada kemandirian dan marketing. Kemandirian dimaksudkan agar dapat tumbuh kepercayaan diri pada tenaga pendidik atas kemampuan serta peranannya yang penting dalam pembangunan bangsa, sedangkan marketing dimaksudkan agar tenaga pendidik dapat menawarkan ide-idenya dengan epat sehingga dapat diterima oleh masyarakat, khususnya peserta didik.
Kemandirian pada dasarnya merupakan kemampuan untuk berani dalam mewujudkan apa yang menjadi keyakinannya dengan dasar keakhlian, kemandirian akan menjadi dasar yang memungkinkan seseorang mampu mengaktualisasikan dirinya. Oleh karena itu kemandirianmenjadi amat penting dalam konteks pengembangan profesi tenaga pendidik. Dengan kemandirian tenaga pendidik dapat lebih berani melakukan hal-hal yang inovatif dan kreatif sehingga proses pendidikan/pembelajaran akan lebih mendorong siswa untuk makin menyukai dan rajin belajar sehingga hal ini akan mendorong pada peningkatan kualitas pendidikan.
Selain basis budaya kemandirian, basis marketing juga perlu mendapat perhatian, ini dimaksudkan agar upaya-upaya pembangunan pendidikan tidak dilakukan asal saja, tetapi tetap memperhatikan aspek marketing, dimana salah satu hal yang penting di dalamnya adalah kualitas. Pengembanganprofesi tenaga pendidik jelas perlu memperhatikanaspek kualitas mengingat perkembangan persaingan dewasa ini menuntut upaya untuk terus menerus meningkatkan kualitas pendidikan baik dalam proses maupun hasilnya.
5. Pengembangan profesi tenaga pendidik dan pendorong inovasi
Pengembangan profesi tenaga pendidik pada dasarnya hanya akan berhasil dengan baik apabila dampaknya dapat menumbuhkan sikap inovatif. Sikap inovatif ini kan makin memperkuat kemampuan profesional tenaga pendidik, untuk itu menurut Prof Idochi diperlukan tujuh pelajar guna mendorong tenaga pendidik bersikaf inovatif serta dapat dan mau melakukan inovasi, ketujuh pelajaran itu adalah sebagai berikut :
· Belajar kreatif
· Belajar seperti kupu-kupu
· Belajar keindahan dunia dan indahnya jadi pendidik
· Belajar mulai dari yang sederhana dan konkrit
· Belajar rotasi kehidupan
· Belajar koordinasi dengan orang profesional
· Belajar ke luar dengan kesatuan fikiran
Tujuh pelajaran sebagaimana dikemukakan di atas merupakan pelajaran penting bagi tenaga pendidik dalam upaya mengembangkan diri sendiri menjadi orang profesional. Dalam kaitan ini, ketujuh pelajaran tersebut membentuk suatu keterpaduan dan saling terkait dalam membentuk tenaga pendidik yang profesional dan inovatif.
Belajar kreatif adalah belajar dengan berbagai cara baru untuk mendapatkan pengetahuan baru, belajar kreatif menuntut upaya-upaya untuk terus mencari, dan dalam hal ini bercermin pada kupu-kupu amat penting, mengingat kupu-kupu selalu peka dengan sari yang ada pada bunga serta selalu berupaya untuk mencari dan menjangkaunya. Dengan belajar yang demikian, maka sekaligus juga belajar tentang keindahan dunia, dan bagian dari keindahan dunia ini adalah keindahaan indahnya jadi pendidik. Pendidik adalah perancang masa depan siswa, dan sebagai perancang yang profesional, maka tenaga pendidik menginginkan dan berusaha untuk membentuk peserta didik lebih baik dan lebih berkualitas dalam mengisi kehidupannya di masa depan.
Untukdapat melakukan hal tersebut di atas, maka tenaga pendidik perlu memulainya dariyang kecil dan konkrit, dengan tetap berfikir besar. Mulai dari yang kecil pada tataran mikro melalui pembelajaran di kelas, maka guru sebagai tenaga pendidik sebenarnya sedang mengukir mas depan manusia, masa depan bangsa, dan ini jelas akan menentukan kualitas kehidupan manusia di masa yang akan datang. Dalam upaya tersebut pendidik juga perlu menyadari bahwa dalam kehidupan selalu ada perputaran atau rotasi, kesadaran ini dapat menumbuhkan semangat untuk terus berupaya mencari berbagai kemungkanan untuk menjadikan rotasi kehidupan itu sebagai suatu hikmah yang perlu disikapi dengan upaya yang ebih baik dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik.
Dalam upaya untuk memperkuat ke profesionalan sebagai tenaga pendidik, maka diperlukan upaya untuk selalu berhubungan dan berkoordinasi dengan orang profesioanal dalam berbagai bidang, khususnya profesional bidang pendidikan. Dengan cara ini maka pembaharuan pengetahuan berkaitan dengan profesi pendidik akan terus terjaga melalui komunikasi dengan orang profesional, belajar koordinasi ini juga akan membawa pada tumbuhnya kesatuan fikiran dalam upaya untuk membengun pendidikan guna mengejar ketinggalan serta meluruskan arah pendidikan yang sesuai dengan nilai luhur bangsa.
C. K E S I M P U L A N
Setelah mengikuti uraian terdahulu, berikut ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
· Pembangunan untuk meningkatkan kualitas pendidikan memerlukan dukungan banyak faktor, salah satu faktor penting, bahkan terpenting, adalah peran tenaga pendidik yang sangat menentukan dalam peningkatan kualitas pendidikan tersebut.
· Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengembangkan profesi tenaga pendidik agar semakin berkualitas sehingga dapat berperan lebih produktif dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan.
· Dalam pengembangan profesi tenaga pendidik sebagai perancang masa depan, hal yang penting adalah membangun kemandirian di kalangan tenaga pendidik sehingga dapat lebih mampu untuk mengaktualisasikan dirinya guna mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Dalam hubungan ini tujuh pelajaran seperti yang diikemukakan oleh Prof Idochi dapat menjadi dasar pengembangan tersebut, sehingga dapat tumbuh sikap inovatif tenaga pendidik/pendidikan dalam melaksanakan peran dan tugasnya mendidik masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik dan berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, HM. Idochi dan YH Amir (2001). Administrasi Pendidikan, Teori, Konsep, dan Isu, Program Pascasarjana. UPI
Buchori, Mochtar. 1994a Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia, Tiara Wacana, Yogya, Cetakan Pertama,
———–, 1994b. Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan, Tiara Wacana, Yogya, cetakan pertama,.
———–, 2001. Transformasi Pendidikan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, Cetakan Kedua
Engkoswara, 2001.Paradigma Manajemen Pendidikan menyongsong otonomi Daerah, Yayasan Amal Keluarga. Bandung, Cetakan Kedua,
————, 2002 Lembaga Pendidikan sebagai Pusat Pembudayaan, Yayasan Amal Keluarga, Bandung. Cetakan Pertama,
Imron, Ali, 1995. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta
Tilaar, H.A.R. 2004Paradigma Pendidikan Nasional, Rineka Cipta, Jakarta. Cetakan Kedua,
————, 1977. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi, Grasindo, Jakarta, Cetakan Pertama,
Taylor, Sndra,et al. 1997. Educational Policy and The Politics of Change, Routledge, London